PT. BESTPROFIT FUTURES MEDAN — Bank Indonesia (BI) mengungkapkan BI Fast menciptakan penghematan Rp8 triliun terhadap ekonomi sejak diluncurkan pada Desember 2021 lalu.

Deputi Gubernur BI Juda Agung merinci hingga saat ini BI Fast telah melayani 2 miliar transaksi transfer.

Artinya, jika dahulu biaya transaksi antara bank itu secara real time Rp6.500 dan dengan BI Fast hanya Rp2.500, maka ada penghematan Rp4.000.

“Atau kalau kita kalikan dengan 2 miliar, berarti ada efisiensi sebesar Rp8 triliun untuk perekonomian Indonesia,” ucap Juda dalam acara Peluncuran Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital, Rabu (6/12).

Juda mengatakan saat ini BI akan memperbaharui fitur di BI Fast. Ia mengungkapkan kelak akan ada tiga fitur baru, yakni bank transfer, direct debit, dan request for payment.

Meski demikian, Juda belum bisa merinci kapan fitur baru itu diluncurkan. “Pada waktunya BI akan mengumumkan tiga fitur baru BI Fast. Itu bisa dimanfaatkan masyarakat.

BI mencatat jumlah peserta BI Fast bertambah 16 menjadi 122 bank per akhir Maret 2023. Angka ini mewakili 94 persen dari pangsa sistem pembayaran ritel nasional.

Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono mengatakan penambahan tersebut merupakan kepesertaan gelombang (batch) keenam.

“Pada batch keenam ini, 14 bank yang tergabung sebagai peserta BI Fast yaitu 11 bank swasta nasional, 2 bank pembangunan daerah (BPD), dan 1 bank asing. Selain itu, terdapat 2 lembaga selain bank (LSB) sebagai peserta BI Fast perdana,” kata Erwin melalui keterangan resmi beberapa waktu lalu.

Erwin berharap bergabungnya 2 LSB tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi keuangan digital (EKD) dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk memanfaatkan layanan BI Fast.

“Guna meningkatkan efisiensi penyediaan infrastruktur, 6 dari 14 bank peserta batch keenam memanfaatkan infrastruktur multitenancy (multi banks one connector),” kata dia.