PT. BESTPROFIT FUTURES MEDAN – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan pagi ini bergerak di zona hijau. Pada perdagangan pagi ini, IHSG berada di level 7.162 atau naik 1,57 poin atau menguat 0,02% pada pukul 09.14 WIB.

Dikutip dari data RTI, Senin (18/11/2024) IHSG dibuka pada posisi 7.161,32 dengan level tertinggi 7.174,76 dan level terendah 7.151,72.

Volume transaksi tercatat 2,87 miliar dengan turnover Rp 1,2 triliun. Frekuensi transaksi tercatat 133,166 kali. Ada 218 saham yang menguat dan 202 saham yang melemah serta 195 saham stagnan.

Mayoritas saham di bursa Asia kompak menguat. Nikkei melemah ke level 0,70%, Hang Seng Index naik ke level 1,29%. Shanghai Composite Index menguat ke 1,09%, Straits Times melemah 0,08%, dan LQ45 menguat 0,05%.

Dalam daily report Mega Capital Sekuritas disebutkan pergerakan IHSG berada di rentang 7.100-7.200.

Pada penutupan akhir pekan lalu, bursa saham global kompak terkoreksi. Bahkan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatatkan koreksi harian terbesar dalam 2 pekan terakhir.

Aksi jual disebabkan oleh kekhawatiran pasar atas pemangkasan suku bunga The Fed yang melambat dan terpilihnya kabinet pemerintahan Trump. Pasar pesimis akan pemangkasan suku bunga Desem ber mendatang, probabilitas pemangkasan suku bunga 25bps turun ke level 42%.

Hal tersebut juga didukung oleh rilis data penjualan ritel AS di Oktober yang kuat bahkan di atas perkiraan pasar. Beralih ke Asia, pelaku pasar mencermati berbagai rilis data ekonomi Tiongkok yang bervariasi seperti membaiknya tingkat pengangguran dan industrial production namun harga rumah baru di 70 kota turun signifikan secara tahunan, menunjukkan pemulihan sektor properti yang belum optimal meski stimulus telah diluncurkan. Indeks MSCI Asia diluar Jepang terkoreksi 2.55% merespons data tersebut.

IHSG pada perdagangan lalu ditutup melemah 0.74% ke level 7161. Pelemahan didorong oleh sektor bahan baku, konsumen non primer, dan energi. Investor asing mencatatkan aksi jual sebesar Rp 283.68 miliar dengan 5 saham yang paling banyak dijual yaitu BBRI, BUMI, BMRI, ADRO, dan BBNI.

Selain sentimen negatif dari bursa global, penurunan surplus neraca perdagangan ke level terendah sejak Juni 2024 juga turut menjadi sentimen negatif.