
PT. BESTPROFIT FUTURES MEDAN — Harga minyak kembali menguat di awal perdagangan Asia pada hari ini, Rabu (21/2). Penguatan terjadi lantaran investor mempertimbangkan kekhawatiran atas penurunan produksi oleh produsen utama dan serangan terhadap pengiriman di Laut Merah dibandingkan ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang melemah.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 12 sen, atau 0,15 persen, menjadi US$82,46 per barel pada pukul 01.00 GMT. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 9 sen, atau 0,12 persen menjadi US$77,13.
Kontrak Brent dan WTI masing-masing tergelincir 1,5 persen dan 1,4 persen pada Selasa (21/2).
Washington pada Selasa kemarin kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai perang Israel-Hamas, menghalangi tuntutan gencatan senjata kemanusiaan segera.
AS malah mendorong Dewan Keamanan untuk mengadopsi resolusi yang menghubungkan gencatan senjata dengan pembebasan sandera Israel oleh Hamas.
Serangan untuk mendukung warga Palestina terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan selat Bab al-Mandab oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman terus memicu kekhawatiran atas arus barang melalui jalur air penting tersebut. Serangan drone dan rudal menghantam setidaknya empat kapal sejak Jumat lalu.
Pemerintah Rusia mengungkapkan produksi kilang di negaranya merosot 7 persen sejak awal tahun ini setelah fasilitas dirusak oleh serangan pesawat tak berawak Ukraina.
Kekhawatiran penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve bisa memakan waktu lebih lama dari perkiraan telah membebani prospek permintaan minyak.
Data inflasi AS pada minggu lalu memundurkan ekspektasi akan dimulainya siklus pelonggaran kebijakan The Fed dalam waktu dekat, dan para ekonom yang disurvei oleh Reuters kini memperkirakan penurunan suku bunga pada Juni.