Harga minyak melemah pada Rabu(5/11) seiring kemerosotan lebih luas di pasar keuangan dan penguatan dolar AS. Kontrak Brent turun tipis 6 sen (-0,1%) ke $64,38 per barel pada 04.08 GMT setelah sempat menyentuh level terendah hampir dua minggu; WTI susut 10 sen (-0,17%) ke $60,46. Sentimen risk-off merebak setelah aksi jual saham teknologi di Wall Street memicu kekhawatiran valuasi, sementara indeks dolar bertahan di puncak tiga bulan karena perbedaan pandangan di internal The Fed soal peluang pemangkasan suku bunga Desember.

Dolar yang lebih kuat membuat minyak berdenominasi USD lebih mahal bagi pembeli non-dolar, berpotensi menekan permintaan. Tekanan bertambah setelah American Petroleum Institute (API) melaporkan kenaikan persediaan minyak mentah AS pada pekan yang berakhir 31 Oktober. Analis mencatat pergeseran sentimen tajam ke arah defensif mendorong aliran ke dolar sebagai safe haven, sehingga harga minyak kehilangan tenaga.

Namun, analis menilai jeda itu kecil kemungkinan memberi dukungan signifikan bagi harga dalam jangka pendek. Oktober lalu, produksi OPEC sendiri hanya bertambah ~30 ribu bph—kenaikan sebelumnya di OPEC+ tertahan oleh penurunan di Nigeria, Libya, dan Venezuela—sehingga pasar tetap waspada terhadap risiko kelebihan pasokan di tengah permintaan yang rentan.

Sumber: Newsmaker.id