PT. BESTPROFIT FUTURES MEDAN – Harga minyak naik $1 pada hari Rabu setelah tiga putra pemimpin Hamas tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, menambah kekhawatiran bahwa perundingan gencatan senjata mungkin terhenti.

Minyak mentah berjangka Brent naik $1,06, atau 1,2%, untu menetap di $90,48 per barel sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 98 sen, atau 1,2%, menjadi $86,21.

“Pasar minyak telah dan terus menjadi sangat reaktif terhadap berita dari Gaza,” kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Militer Israel membenarkan serangan tersebut dan menggambarkan ketiga putranya sebagai anggota sayap bersenjata Hamas.

Konflik yang terus berlanjut dapat menyeret negara-negara lain, terutama Iran yang merupakan pendukung Hamas, yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Keputusan Meksiko untuk membatasi ekspor minyak mentah untuk memasok kilang dalam negeri juga mendukung harga dan menyebabkan impor minyak mentah Meksiko dari AS mencapai rekor rendah pada awal April.

Data Badan Informasi Energi (EIA) AS juga menunjukkan penurunan pasokan produk minyak sekitar 2,1 juta barel per hari (bpd), yang merupakan representasi dari permintaan bahan bakar, dan penurunan ekspor minyak mentah sebesar 2,7 juta barel per hari.

“Beberapa faktor yang memicu kenaikan harga minyak mentah pada awal minggu ini adalah adanya harapan gencatan senjata di Gaza dan peningkatan persediaan minyak mentah di AS,” kata Tony Sycamore, analis pasar IG di Singapura.

Secara terpisah, EIA AS menaikkan tajam perkiraan produksi minyak mentahnya. Mereka mengantisipasi peningkatan sebesar 280.000 barel per hari menjadi 13,21 juta barel per hari pada tahun 2024, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 20.000 barel per hari.

EIA memperkirakan harga minyak mentah Brent rata-rata $88,55 per barel pada tahun 2024, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar $87, dan meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan selama dua tahun terakhir.