
PT. BESTPROFIT FUTURES MEDAN — Harga minyak tergelincir di awal perdagangan Asia pada Rabu (28/2 gara-gara prospek kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), serta sikap Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+).
Sinyal The Fed memangkas suku bunga acuan nampaknya tak akan terjadi dalam waktu dekat. Di sisi lain OPEC+ juga sedang membahas peluang perpajangan pengurangan produksi minyak.
Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 38 sen atau 0,45 persen menjadi US$83,27 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 35 sen atau 0,44 persen menjadi US$78,52 per barel.
Selasa (27/2) kemarin, Gubernur The Fed Michelle Bowman memberi isyarat bahwa dia tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, terutama mengingat risiko positif terhadap inflasi.
Hal ini menyusul pernyataan serupa dari Presiden Federal Reserve Bank Kansas City Jeffrey Schmid pada Senin. Biaya pinjaman yang tinggi biasanya mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Kemudian, OPEC+ akan mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga kuartal II 2024.
Dua sumber Reuters yang mengetahui rencana pemangkasan tersebut mengatakan pemotongan tersebut mungkin dilakukan hingga akhir tahun.
November 2023 lalu, OPEC+ menyetujui pengurangan sukarela sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal I 2024.
Rusia, yang masuk dalam OPEC+ juga mengumumkan larangan ekspor bensin selama enam bulan pada Senin kemarin. Larangan ini berlaku mulai 1 Maret untuk mengkompensasi meningkatnya permintaan dari konsumen dan petani dan untuk memungkinkan pemeliharaan terencana kilang.