PT. BESTPROFIT FUTURES MEDAN — Harga minyak turun pada perdagangan Rabu (17/1) karena menguatnya dolar AS, meskipun ada peningkatan risiko gangguan pasokan imbas konflik di Laut Merah.

Penguatan dolar mengurangi permintaan minyak dalam mata uang dolar AS bagi pembeli yang membayar dalam mata uang lainnya.

Minyak mentah berjangka Brent turun 36 sen atau 0,5 persen menjadi US$77,93 per barel. Kemudian, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 43 sen atau 0,59 persen menjadi US$71,97 per barel.

Kurs dolar AS terbang mendekati level tertinggi dalam satu bulan ini usai pejabat bank sentral The Fed mengikis ekspektasi penurunan suku bunga acuan yang agresif.

“Jatuhnya harga minyak dipicu oleh komentar yang sedikit lebih hawkish dari para gubernur bank sentral,” kata ahli strategi komoditas senior di ANZ Bank Daniel Hynes, dikutip Reuters, Rabu (17/1).

Selasa (16/1) kemarin, AS melancarkan serangan baru terhadap Houthi Yaman, yang bersekutu dengan Iran, setelah milisi menyerang kapal Yunani di Laut Merah.

Perusahaan minyak asal Inggris, Shell, menghentikan pengiriman melalui Laut Merah setelah serangan AS dan Inggris dimulai. Namun produsen AS, Chevron, tetap mempertahankan rute Laut Merahnya.

“Meskipun tolok ukur minyak mungkin tidak mencerminkan serangan di Laut Merah, harga realisasi minyak dan produk minyak bagi konsumen telah meningkat karena adanya gangguan terhadap arus perdagangan melalui Laut Merah dan Terusan Suez,” ujar Direktur Strategi Komoditas Pertambangan dan Energi Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar.