PT. BESTPROFIT FUTURES MEDAN — Nilai tukar rupiah dibuka berada di posisi Rp15.575 per dolar AS Selasa (7/11) pagi. Mata uang Garuda melemah 36,5 poin atau minus 0,23 persen dari posisi sebelumnya.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia pun bergerak di zona merah. Tercatat, yen Jepang melemah 0,01 persen, ringgit Malaysia minus 0,44 persen, dan yuan China minus 0,1 persen.
Lalu, dolar Singapura melemah 0,14 persen, won Korea Selatan minus 0,59 persen, dan peso Filipina minus 0,32 persen. Di sisi lain, baht Thailand menguat 0,01 persen, rupee India 0,08 persen, dan dolar Hong Kong stagnan.
Senada, mayoritas mata uang negara maju juga ambruk. Poundsterling Inggris melemah 0,05 persen, dolar Australia minus 0,2 persen, dolar Kanada minus 0,04 persen, dan Euro Eropa minus 0,07 persen. Adapun franc Swiss menguat 0,01 persen.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra memproyeksi rupiah melemah terhadap dolar AS hari ini. Menurutnya, rupiah tertekan oleh sinyal kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed).
Selain itu, pasar juga masih mencermati data neraca dagang China yang bakal dirilis hari ini. Ariston menuturkan bila data menunjukkan penurunan ekspor atau impor yang dalam, pasar bisa bereaksi negatif mengenai aset berisiko.
“Sehingga bisa mendorong penguatan dolar AS lagi. Dari dalam negeri, data PDB kuartal III 2023 yang di bawah ekspektasi pasar turut menjadi faktor penekan rupiah.
Berdasarkan sentimen di atas, ia pun memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp15.500 sampai Rp15.600 per dolar AS pada hari ini.